Friday, October 11, 2013

Save The Date Card


Save the date card, apa itu?. Untuk Budaya pernikahan di Indonesia mungkin kartu pengingat tanggal ini belum terlalu familiar atau jarang digunakan. Pernah kami sedikit bingung ketika kami mendapatkan konsumen yang kebetulan seorang bule. Dari sini kami tau apa itu save the date card. Secara tampilan mungkin tidak berbeda jauh dengan kartu undangan pada umumnya, hanya disini fungsi utama untuk kartu ini adalah sebagai pengingat untuk tamu-tamu jauh agar bisa mempersiapkan keperluannya seperti tiket pesawat/kereta/bis, penginapan dan sebagainya.
Untuk detail apa itu save the date card ada penjelasan yang cukup baik dan mudah dimengerti yang kami ambil dari web duniawedding.com. berikut penjelasannya :
Save the date card merupakan pengumuman atau pemberitahuan tentang rencana pernikahan yang dikirim kepada para relasi atau famili yang akan diundang untuk menghadiri suatu pernikahan.
Kartu tersebut biasanya sudah dikirimkan jauh-jauh hari sebelum peristiwa besar hari pernikahan itu. Informasi yangperlu tercantum dalam kartu ini adalah nama kedua calon mepelai, hari dan tanggal pernikahan, serta lokasi tempat berlangsungnya upacara atau resepsi.
Pada umumnya, save the date card dikirimkan kepada seluruh undangan, terutama bagi mereka yang berdomisili di luar kota atau bahkan di luar negeri, maupun yang tinggal jauh dari tempat akan dilangsungkannya acara pernikahan.
Kartu tersebut dimaksudkan agar para undangan khususnya bagi mereka yang berdomisili di luar kota ataupun jauh dari tempat berlangsungnya acara pernikahan, memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan jadwal keberangkatan, merencanakan cuti kerja sekaligus memesan tiket penerbangan, pemesanan hotel ataupun keperluan akomodasi lainya.

- Bella Donna The Wedding -
Kini sudah mengerti kan apa itu save the date card?
Salam :)
Helmi UP
source + image source : http://www.duniawedding.com/

Gak susah kok urus surat nikah….


Salah satu hal paling penting dalam menyiapkan pernikahan adalah urusan administrasi. Kalau urusan yang satu ini sudah beres, dijamin deh langkah untuk mempersiapkan pernikahan akan jauh terasa lebih ringan.
Tapi ya, terus terang hal yang terbayang dibenak saya ketika harus mengurus hal semacam ini adalah susah, sulit, sukar yah, kata-kata negatif seperti itu yang muncul. Mungkin hal yang sama akan anda alami, dan saran saya ketika kata-kata itu muncul dibenak Anda, yang harus anda lakukan adalah tersenyum. Yup, senyum…saat negatif muncul, maka harus dilawan dengan positif, itu filosofi mudahnya… :D
Mmm, disini kami akan mencoba sharing tentang kepengurusan surat nikah, mudah-mudahan bisa memperingan langkah Anda dan memperlebar senyum, serta menjauhkan hal negatif dari pikiran, selamat menyimak…

Urusan administrasi menjadi hal yang harus diutamakan karena berkaitan erat dengan urusan yang lain, diantaranya penentuan jam, lokasi, serta teknis acara.
PERSIAPAN & KELENGKAPAN SURAT-SURAT
Hal yang pertama harus dilakukan adalah mempersiapkan segalanya, mulai dari foto berwarna, copy dokumen, dll. Hal ini tentu saja untuk mempermudah jalannya kepengurusan, berikut kami coba jabarkan.
Untuk pria, kelengkapan yang harus dipersiapkan adalah:
1.  Mempersiapkan foto berwarna, warna latar biru (lebih baik), 2×3 = 5 lembar, 3×4 = 8 lembar (lebih baik lagi jika menyediakan jumlah dan ukuran yang lengkap dan lebih banyak agar mudah jika sewaktu-waktu dibutuhkan)
2.   Fotokopi KTP (kartu tanda penduduk) minimal 4 lembar
3.   Keterangan status masih Perjaka atau Perawan, bermaterei Rp. 6.000,- (biasanya RT setempat menyediakan)
4.   Fotokopi KK (kartu keluarga)
Fotokopi Akte Kelahiran/Ijazah terakhir adalah sangat penting karena digunakan untuk verifikasi data pribadi, yang akan dimasukan dalam daftar pemeriksaan atau yang biasa disebut NB dan akan digunakan sebagai dasar dalam penulisan dalam buku nikah.
Kalau  terjadi kesalahan maka perubahan nama dibuku nikah harus melalui proses di Pengadilan Negeri, bisa repot banget, karena makan waktu dan biaya tentunya.
Untuk wanita:
Tidak jauh berbeda dengan kelengkapan yang harus disiapkan calon pria hanya saja untuk pengurusan rekomendasi nikah bila ingin nikah diluar wilayah, calon pengantin putri beserta wali harus datang ke KUA setempat untuk dilakukan pemeriksaan data dan keabsahan wali sebelum mendapat rekomendasi.
LANGKAH-LANGKAH DALAM  KEPENGURUSAN
Setelah segala persiapan lengkap maka action selanjutnya adalah menyampaikan dokumen-dokumen tersebut ke instansi terkait, disinilah bermulanya perjuangan mengurus surat-surat, dari RT, kelurahan, kecamatan, hingga ke KUA dan komunikasi dengan sang Penghulu.
1.   Datang ke RT, RW setempat, minta surat pengantar hendak menikah untuk ke kelurahan, sekaligus minta blangko formulir pernyataan masih Perjaka atau Perawan (jika tidak ada surat pernyataan ini bisa dibuat sendiri). Setelah itu berkas yang ada dibawa ke Pembantu Pencatat Nikah (biasa disebut Amil Nikah) atau bila ingin mengurus sendiri bisa langsung ke Kelurahan.
2.   Dikelurahan minta surat pengantar pernikahan :
surat N1 (surat keterangan untuk menikah), N2 (surat keterangan asal usul), N4(surat keterangan orang tua) dan bila dibawah 21 tahun ditambah N5 surat izin menikah dari orang tua. Ditambah N6 bila duda mati. Bila kelurahan tidak menyediakan blangko N, blangko tersebut bisa diminta di Kantor KUA setempat.
3.   Berkas-berkas surat pengantar dari kelurahan dibawa ke KUA setempat.
4.   Bila pernikahan dilakukan diluar wilayah kerja KUA dimana dia menetap maka calon pengantin dengan membawa seluruh berkas yang sudah disahkan di kelurahan ke kantor kecamatan sebagai pengantar ke KUA setempat dan dari KUA setempat maka akan dikeluarkan Surat Keterangan Rekomendasi Nikah ke keluar daerah, atau yang biasa disebut Surat Numpang Nikah.
5.   Surat Rekomendasi Nikah dilampiri dengan kemudian dibawa dan dibendel ke KUA tempat pernikahan dilangsungkan beserta data pengantin perempuan. Di KUA ini akan dilihat apakah pada hari, tanggal dan jam akan dilaksanakan akad nikah tersebut ada calon pengantin lain yang lebih dulu mendaftar atau tidak, biasanya calon pengantin akan dibekali nomor telepon KUA setempat dan Penghulu yang akan bertugas menikahkan, fungsinya adalah untuk konfirmasi kembali.
BIAYA-BIAYA
Untuk biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka “administrasi” tersebut bisa berbeda-beda disetiap daerah, dari pengalaman penulis (real story nich…:D)
Untuk tingkat RT hanya sekedarnya saja, biasanya untuk mengisi kas RT saja, 10.000,- s/d tak terhingga (lebih banyak Pak RT akan lebih seneng pastinya :p)
Untuk kelurahan dan kecamatan di wilayah Jakarta hanya mengeluarkan biaya Rp. 20.000,-, sedangkan di KUA (untuk rekomendasi surat numpang nikah) hanya Rp. 80.000,- (dibawah Rp. 100.000) saja.
Proses lanjutan yaitu di KUA tempat pelaksanaan nikah juga berbeda disetiap wilayah. “Kenapa ngga ada standarnya ya?” (hehehehe…ngga tau juga jawabnya gimana :p) Penulis dikenai biaya Rp. 450.000,- .
Untuk penghulu dan pembantu pencatat nikah biasanya diberikan tips setelah acara akad nikah selesai, untuk “uang bensin” katanya…hehehhe tapi ngga jarang juga petugas yang menolak diberikan “uang bensin” ini, ya seharusnya memang begitu kan…:D
OK deh, semoga semua kepengurusannya lancar sampai waktu pelaksanaannya. O ya, sedikit tips, sebaiknya semua dilakukan dengan santai, jangan grasak grusuk, dinikmati aja, biar lebih asyik, dan nantinya akan jadi kenangan yang menyenangkan, bukan jadi pengalaman buruk. O ya, dan satu hal yang paling penting, kerjasama, jangan biarkan pasangan merasa mengusahakan sendiri apalagi sampai beranggapan pasangannya mau enaknya sendiri aja :D

….HAPPY WEDDING ALL!!….
Images source:
srv.fotopages.com
bced.gov.bc.ca
cache.gizmodo.com
favim.com

Tarub, simbol harapan orangtua untuk anak


Jawa, terkenal dengan adat istiadatnya yang kental, tak ketinggalan dalam acara pernikahan, sejak awal hingga akhir acara dipenuhi dengan acara adat yang luar biasa penuh makna.


Tarub
Diawal -biasanya sehari sebelum pesta pernikahan -red, pintu gerbang rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan) Tarub terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Dalam tarub juga terkandung pengharapan agar pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang disiapkan untuk melengkapi tarub adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.

Pemasangan tarub oleh orangtua pengantin diawali dengan bleketepe. Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam dengan ukuran rata-rata 50 cm x 200 cm. Bleketepe yang dipasang di Tarub dan mengelilingi area untuk pernikahan, merupakan perwujudan dari suatu tempat pensucian di kahyangan para dewa yang dinamakan Bale Katapi. Bale artinya tempat, Katapi dari kata tapi yang berarti membersihkan dan memilahkan kotoran-kotoran untuk kemudian dibuang. Dengan demikian pemasangan bleketepe dapat diartikan secara luas sebagai ajakan Bapak Ibu dan calon pengantin kepada semua orang yang terlibat di dalam upacara hajatan untuk berproses bersama mensucikan hati. Siapa saja yang diundang dan kemudian datang, masuk di dalam tempat yang sudah di kelilingi Bleketepe akan bersih secara lahir dan kemudian menjadi suci secara batin. Itulah harapannya.
Jika harapan untuk menjadi suci itu terwujud, maka semua orang yang diundang masuk ke tempat upacara akan menjadi suci dan memancarkan cahaya kesucian yang disebut Nur Harapan agar semua orang yang terlibat dalam upacara perkawinan memancarkan Nur disimbolisasikan dengan pemasangan Janur atau daun kelapa muda disemua area upacara.
Selain itu pemasangan Bleketepe juga dimaksudkan sebagai tolak Bala atau sebuah doa permohonan agar dari awal hinga akhir upacara perkawinan tersebut terhindar dari mara bahaya dan segala yang jahat. Baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Di dalam tarub ini selain Bleketepe dan Janur, kelengkapan-kelengkapan lain yang diadakan menyimbolkan sebuah harapan yang pada intinya membawa kebahagiaan dan kemuliaan khususnya pada pengantin berdua.


Bleketepe
Dua tundun utuh pisang raja, yang dipasang di kanan dan kiri pintu gerbang tarub menyimbolkan sebuah harapan agar pengantin berdua mempunyai keluhuran seperti layaknya raja, sabda pendhita ratu, bicaranya tidak boleh mencla-mencle.
Kelapa Gading adalah kelapa yang berwarna kuning bersih dan indah. Orang yang menanam kelapa gading harus rela setiap saat dipetik oleh orang lain untuk keperluan upacara, tanpa harus mengganti uang. Dua janjang kelapa gading yang dipasang di kanan kiri Tarub menyimbolkan sebuah harapan agar pengantin berdua nantinya merasakan keindahan hidup dengan kesabaran dan kerelaan berkorban terhadap sesama.
Dua batang tebu wulung, berwarna keungu-unguan, besar dan lurus yang dipasang di kanan dan kiri tarub menyimbolkan sebuah harapan agar pengantin berdua berwibawa dan mempunyai pribadi yang lurus, tidak neka-neka.
Padi dikanan kiri tarub menyimbolkan harapan agar pengantin berdua mengalami kemakmuran dan kesejahteraan lahir batin.
Daun Apa-apa dipasang di tarub menyimbolkan harapan agar tidak terjadi apa-apa atau sesuatu yang mengganggu kelancaran upacara perkawinan. Demikain pula daun alang-alang, agar tidak terjadi halangan suatu apa pun. Daun kara, harapannya adalah lir sakara-kara yang berarti hilang dan tersingkirkan segala aral melintang. Daun beringin symbol kebesaran dan aneka dedauan yang lain.
Setelah kanan, kiri dan atas pintu gerbang yang dipasangi Bleketepe, Janur, Tebu Wulung, Pisang Raja, Padi yang dipasang di kanan kiri pintu gerbang tarub maka terbentuklah sebuah pintu gerbang untuk memasuki area upacara yang telah dikelilingi Bleketepe. Simbolisasi dari Bale Katapi.
Gerbang Tarub adalah gerbang yang bakal dimasuki oleh pengantin berdua, menyimbolkan pula sebagai sebuah pintu untuk memasuki dunia baru, dunia hidup berumah tangga, yang tentu saja di dalamnya penuh dengan hal-hal baru, rintangan dan godaan yang kesemuanya perlu diatasi untuk menuju kemenangan dan kesucian.
Disarikan dari : mudahmenikah.wordpress
Images:
pariwisata.jogja.go.id
weddingku.com
antarafoto.com

Trik Tampil Photogenic


Pakar kecantikan dan tata rias kenamaan, Bobbi Brown mengatakan, kunci untuk tampil cantik di setiap frame foto adalah untuk menggunakan makeup yang tepat. Tidak susah bagi Anda untuk disebut sebagai wanita yang fotogenik.
Perkirakan kapan dan di mana foto akan diambil. Pencahayaan natural di luar ruangan akan membuat makeup sedikit terlihat lebih kentara. Jika memang akan mengambil gambar di luar ruangan, usahakan menggunakan lampu pencahayaan portabel. Gunakan concealer di bawah mata, dan foundation untuk meratakan kemerahan dan menutup noda-noda pada wajah. Pilih warna foundation dengan warna dasar kuning untuk menciptakan tampilan natural. Bobbi menyarankan untuk menghindari foundation dengan kandungan titanium dioksida, karena bisa menyebabkan wajah terlihat berwarna keabuan.
Wajah dengan gaya lembab bisa terlihat manis untuk acara yang tatap langsung, namun bisa terlihat berminyak di foto. Oleh karena itu, jangan terlalu banyak menggunakan pelembab wajah. Jika Anda memiliki daerah T berminyak, gunakan lotion untuk mengontrol minyak sebelum mengaplikasikan foundation.
Sebelum pemotretan, gunakan bedak dengan warna tone kuning. Translucent powder  bisa membuat wajah terlihat seperti topeng, maka sebaiknya hindari bedak jenis ini.
Jika Anda mengenakan pakaian dengan belahan dada rendah, sebaiknya cek lagi di cermin untuk memastikan wajah dan leher Anda sudah memiliki warna senada.

Jauhkan lipstik berwarna-warna neon dan eyeshadow yang sparkly. Kedua makeup ini akan terlihat bersinar dan “kinclong”. Akan lebih bagus jika warna eyeshadow biasa ditambahkan sedikit shimmer.
Berikan penegasan di pinggir bibir dengan pensil bibir yang warnanya sama dengan lipstik yang digunakan.
Jangan lupa untuk santai. Ketegangan akan terpancar di wajah. Sebelum mulai difoto, pejamkan mata, tenangkan diri, dan fokus. So, 1… 2… 3…, smile!
Sumber : prevention
Foto : 
chrisling.com
weddingdresspicture.net
thesecretbeauty.com

Nuansa Etnik di Kamar Pengantin


Hmmm…”kamar bernuansa tradisional”..apa yang ada dikepala kita ketika mendengar kalimat ini? Kamar yang penuh dengan nuansa kayu, warna kayu, ukiran kayu, berat, tua. Tapi ngga juga kok, kamar bernuansa tradisonal ngga melulu harus diisi dengan perabot kayu yang berdetail motif ukiran suatu daerah.
Nuansa etnik dikamar pengantin bisa didapati dari pesona ornamen etnik yang menghiasi kamar tersebut, kain tenun, batik, anyaman, hiasan manik-manik, perhiasan tradisional bisa memberikan kesan etnik yang kental jika dipadukan dengan baik didalam kamar.
Gaya etnik dipilih sebagian orang karena kesan natural yang dalam sehingga terasa sejuk dan dekat dengan alam, serta kesan romantis yang dibawa oleh kain-kain tenun yang lembut dengan warna-warna menawan dan tak lupa furniture kayu dengan sedikit elemen ukir pun menambah kesan tradisional.
Sampirkan kain tenun sebagai penutup ujung bagian bawah tempat tidur (runner), jadikan batik sebagai aksen pelengkap pada sarung bantal atau seprai anda. Berkreasilah dengan padu padan batik prada, kain tenun, kain bersulam ataupun kain bermanik, oh iya, jangan lupakan bahan lace atau brocade, itupun bisa membangkitkan suasana tradisional yang menawan.

Sebagai pencerah kamar nuansa modern bisa digabungkan tanpa menghilangkan nafas tradisonal. Gunakan rangkaian bunga modern dengan vas dari bahan gerabah dengan warna alami, hmm…tetap etnik kan…:D
Kain penutup jendela pun bisa menggunakan bahan vitrage modern dan gunakan tali rami sebagai pengikatnya, simpel tapi cantik..
Percantik ruangan dengan lilin-lilin beraroma terapi. Gunakan wadah dari bahan logam berornamen. Gelang-gelang etnik berdiameter besar dan tinggi (seperti gelang makassar) juga bisa dijadikan wadah lilin atau vas bunga, cukup letakkan gelang di tempat lilin atau vas hanya sebagai penutup wadah yang sebenarnya.
Untuk meja-meja yang ada dikamar gunakan selendang etnik yang menjuntai hingga kelantai sebagai taplaknya. Berikan rangkaian bunga dengan vas-vas kecil berwadah tradisional, bisa juga menggunakan hiasan bunga lokal seperti mawar lokal ataupin bunga aster.  Sebagai hiasan dinding, gantungkan piring antik koleksi bermotif cantik dengan paduan warna yang senada.
Koleksi perhiasan anda juga bisa dipajang dengan wadah etnik yang cantik dan ditaruh dimeja rias untuk mempercantik dekorasi ruang.
O iya, yang terakhir dan salah satu yang paling penting, taburkan kelopak bunga diranjang pengantin…mmm…kesan romantisnya dapet banget kan…:D
Eh…tapi kenapa cuma untuk kamar pengantin aja ya, untuk anda yang sudah menikah dan ingin merubah dekorasi kamar dengan suasana tradisonal romantis agar hubungan tetap hangat bisa dicoba juga lho..tips nya jangan takut bereksperimen dengan segala bahan untuk memadupadankan unsur tradisional dan modern, dan jangan terlalu banyak menggunakan warna. Warna kalem dan tenang bisa menjadi pilihan, tapi sentuhan warna dramatis seperti merah atau kuning bisa menjadi unsur ceria dalam ruangan. Selamat mencoba…:D
Gambar :
telegraph.co.uk
dnliving.com
lagoric’s market wall
blog.ikdesignspark.com
fashionmostwanted.com
http://www.saffronmarigold.com
apartmenttherapy.com
superstock.com
townhousecompany.com

Makna MAHAR dan PENINGSET


Calon mempelai atau pengantin harus memahami makna atau arti dari mahar. Mahar dalam wikipedia bahasa Indonesia adalah harta yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki (atau keluarganya) kepada mempelai perempuan (atau keluarga dari mempelai perempuan) pada saat pernikahan.
Pemberian mahar dalam pernikahan tidak hanya sebatas budaya yang berlaku dalam peradaban manusia, tata cara dan pemberian mahar bahkan diatur dalam kitab sucibeberapa agama seperti Islam dan Kristen.
Mahar dalam agama islam dinilai dengan menggunakan nilai uang sebagai acuan, hal ini disebabkan karena mahar merupakan harta dan bukan semata-mata sebagai sebuah simbol. Wanita dapat meminta mahar dalam bentuk harta dengan nilai nominal tertentu seperti uang tunai, emas, tanah, rumahkendaraan, atau benda berharga lainnya. Mahar juga dapat berupa mushaf Al-Qur’an serta seperangkat alat salat. Agama islam mengizinkan mahar diberikan oleh pihak laki-laki dalam bentuk apapun (cincin dari besi, sebutir kurma, ataupun jasa), namun demikian mempelai wanita sebagai pihak penerima memiliki hak penuh untuk menerima ataupun menolak mahar tersebut.
Mahar merupakan kewajiban dari pihak pria namun biasanya dibicarakan anatara kedua belah pihak agar dicapai kesepakatan bersama dan menjadi simbol dimulainya ikatan kekeluargaan yang diawali dengan sikap saling mengerti dan penerimaan. Mahar, dianjurkan yang bermanfaat, ringan, sederhana, dan tidak berlebihan.
Peningset
Dalam prosesi adat Jawa mahar biasa diiringi pula dengan seserahan atau juga disebut peningset. Peningset atau seserahan bisa dibuat sebagus dan semenarik mungkin, namun pada dasarnya peningset adalah perlambang ikatan. Berasal dari kata “singset” yang artinya ”mengikat”, berarti adalah pengikat hati antara dua keluarga. Secara adat Jawa, peningset biasanya terdiri atas: satu set daun sirih yang disebut Suruh Ayu, beberapa helai kain jarik dengan motif batik yang berbeda, kain bahan untuk kebaya, ikat pinggang tradisional yang disebut stagen, buah-buahan (terutama pisang), sembako (beras, ketan, gula, garam, minyak goreng, bumbu dapur), satu set cincin nikah, dan sejumlah uang sebagai sumbangan pihak pria untuk penyelenggaraan acara pernikahan.
Mahar dan Peningset sesungguhnya mempunyai arti yang sangat dalam, jauh lebih dalam dari sekedar pemberian materi dari pihak pria kepada wanita. Kesungguhan mempelai pria dalam memberikan mahar peningset (dalam kemampuannya) menyiratkan penghargaannya yang tinggi kepada calon mempelai wanita dan juga kedua orang tuanya. Orang tua mempelai wanita akan mendapatkan kesan yang mendalam dengan pemberian mahar ataupun peningset, yang diupayakan oleh calan mempelai pria menurut kadar dan kemampuannya dalam wujud terbaik yang bisa dipersembahkannya. Kesan dasar yang didapat dari sebuah mahar atau peningset adalah bahwa calon mempelai pria akan menghormati, memberikan penghargaan dan menjaga dengan baik calon mempelai wanita dengan ketulusan hati dan keluhuran budi, hingga akhir hayatnya…:D
Gambar : google images

Suntiang Gadang




Dalam adat Minangkabau, pernikahan merupakan salah satu masa peralihan yang sangat berarti karena merupakan permulaan masa seseorang melepaskan diri dari kelompok keluarganya untuk membentuk kelompok kecil milik mereka sendiri. Karena itu peristiwa pernikahan sangatlah penting bagi siklus kehidupan seseorang. Hari tersebut merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh kedua calon mempelai dan keluarga dari kedua belah pihak. Ditandai dengan prosesi upacara adat dan keagamaan yang sesuai dengan pepatah minang “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Seluruh rangkaian upacara pernikahan adat, perlengkapan, tata rias membutuhkan persiapan yang lama dan sangat terperinci.
Di minangkabau pada umumnya pengantin perempuannya menggunakan suntiang. Suntiang adalah hiasan kepala pengantin perempuan di Minangkabau atau Sumatera Barat. Hiasan yang besar dengan warna keemasan atau keperakan yang khas itu, membuat pesta pernikahan budaya Minangkabau berbeda dari budaya lain di Indonesia. Perempuan minangkabau mesti bangga dengan budaya minangkabau, terutama soal pakaian pengantin. secara turun temurun, busana pengantin Minangkabau sangat khas, terutama untuk perempuannya, yaitu selain baju adat-nya baju kurung panjang dan sarung balapak, tak ketinggalan suntiang.
Suntiang adalah salah satu bentuk hiasan kepala anak daro. Suntiang yang dipakai secara umum sekarang biasa disebut suntiang gadang. Nama ini untuk membedakan dengan suntiang ketek yang biasa dipakai oleh pendamping pengantin yang disebut pasumandan.
Sedangkan untuk hiasan kepala sebenarnya beragam bentuknya. Saat ini, hiasan kepala “Suntiang Kambang” asal Padang Pariaman lah yang di lazim digunakan di Sumatera Barat. Padahal ada banyak bentuk hiasan kepala, ada yang berupa sunting Pisang Saparak (Asal Solok Salayo), Sunting Pinang Bararak(Dari Koto nan Godang Payakumbuh), Sunting Mangkuto (dari Sungayang), Sunting Kipeh (Kurai Limo Jorong), Suntiang Sariantan (Padang Panjang), Suntiang Matua Palambaian, dll.
Ada empat jenis hiasan yang disusun membentuk sunting pada hiasan kepala pengantin minang ini. Lapisan yang paling bawah adalah deretan bungo sarunai. 3-5 lapis bungo sarunai ini membentuk dasar bagi sunting minang. Kemudian diletakkan deretan bunga gadang sebanyak 3 – 5 lapis. Hiasan yang paling atas adalah kambang goyang. Sedangkan hiasan sunting yang jatuh di pipi kanan dan pipi kiri pengantin minang ini disebut kote-kote.
Suntiang juga ada beberapa bentuk. Selain yang standar berbentuk setengah lingkaran yang umum dipakai, juga ada suntiang khas masing-masing daerah di Sumatera Barat. Di antaranya suntiang Sungayang, Tanah Datar yang memiliki mahkota, suntiang kurai (Bukittinggi), suntiang Pariaman, dan Solok Selatan, dan suntiang Solok yang dirangkai tanpa kawat.
Suntiang, sebagai kekhasan pengantin Minangkabau Pesisir yang berasal dari daerah Padang/ Pariaman. Kembang-kembang suntiang ini umumnya bertingkat dengan ganjil dimulai dari tujuh tingkat hingga sebelas tingkat. Ada juga suntiang bertingkat mulai dari tiga hingga lima yang biasanya digunakan untuk pendamping pengantin atau dikenal juga dengan sebutan Pasumandan. Namun karena alasan kepraktisan dan menyesuaikan dengan bentuk wajah, kini tingkatan pada Suntiang dipertahankan ganjil namun jumlah tingkatannya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan si pengantin.
Keindahan Suntiang diawali dengan susunan kembang goyang yang digunakan oleh tiap pengantin wanita. Pada lapisan bawah Suntiang digunakan kembang goyang yang dinamakan Bungo Sarunai yang terdiri dari tiga hingga lima deretan. Lapisan kedua digunakan kembang goyang yang dinamakan Bungo Gadang yang juga terdiri dari tiga hingga lima deretan. Terletak paling atas adalah Kambang Goyang dengan hiasan-hiasan lainnya yang disebut Kote-kote. Di bagian belakang sanggul terdapat Tatak Kondai dan Pisang Saparak yang menutupi sanggul bagian belakang. Sedangkan di dahi pengantin wanita terdapat Laca, dan Ralia di bagian telinga.
Dahulu, berat sunting mencapai beberapa  kilogram sebab terbuat dari alumunium dan besi-besi, ada yang terbuat dari emas, dan harus ditancapkan satu persatu pada rambut mempelai wanita.  Memakai suntiang kerapkali juga salah satu yang ditakutkan calon pengantin perempuan Minang. Suntiang yang beratnya bisa mencapai 3,5-5 kg (Jadi hampir sama dengan berat laptop model lama atau berat topi baja militer) dan mesti dikenakan di kepala selama pesta berlangsung umumnya sehari-semalam, membuat si calon pengantin perempuan yang disebut ‘anak daro’ was-was dan cemas akan tidak sanggup menjalankannya. Bayangkan kalau dipakai selama satu dua jam. wah, bisa berkeringat dan bikin anak daro meringis. Namun semakin modernnya fashion, suntingpun ikut terkena imbasnya,  tapi tetap berkiblat pada budaya Minangkabau. Bahkan sekarang sunting tersedia yang tak berat dan nyaris seperti  menggunakan bando biasa saja, sehingga anak daro lebih santai dan bergerak leluasa tanpa keluhan sakit kepala.
Suntiang Gadang
Suntiang sendiri dirangkai menggunakan kawat ukuran satu perempat yang dipasang pada kerangka seng aluminium seukuran kepala. Pada kawat itu dipasang sedikitnya lima jenis hiasan. Kelima hiasan itu dinamakan suntiang pilin, suntiang gadang, mansi-mansi, bungo, dan jurai-jurai. Besarnya sebuah suntiang diukur dengan jumlah mansi atau kawat. Suntiang paling besar ukurannya 25 mansi, kemudian 23 mansi, dan 21 mansi yang paling umum dipakai saat ini. Suntiang yang dibuat juga dibagi tiga jenis berdasarkan bahan. Yang lebih berat dan mahal yang masih dibuat saat ini terbuat dari mansi padang (sejenis seng aluminium kuningan). Kemudian mansi kantau atau biasa, dan yang sekarang mulai banyak dipakai, terutama untuk pelajar, suntiang dari plastik yang jauh lebih ringan. Tapi yang paling bagus sebaiknya nanti dibuat dari titanium, sayangnya masih mahal.
Suntiang tidak terlepas dari perangkatan pakaian limpapeh Rumah nan Gadang di Minangkabau. Suntiang ini dipakai oleh anak gadis yang berpakaian adat maupun oleh pengantin wanita. Mengenai jenis dan nama suntiang ini berbagai ragam.
Secara garis besar jenis suntiang ini adalah :
  1. Suntiang bungo pudieng (suntiang berbunga puding)
  2. Suntiang pisang saparak (suntiang pisang sekebun)
  3. Suntiang pisang saikek (suntiang pisang sesisir)
  4. Suntiang kambang loyang (suntiang pisang sesisir)
Dari segi ikat (dandanan) dengan segala variasinya suntiang ini dapat pula dibedakan, suntiang ikat pesisir, suntiang ikat Kurai, suntiang ikat Solok Selayo, suntiang ikat Banuhampu Sungai Puar, suntiang ikat Lima Puluh Kota, suntiang ikat Sijunjung Koto Tujuh, suntiang ikat Batipuh X Koto, suntiang ikat Sungayang, dan Lintau Buo.
Suntiang ikat bungo pudieng banyak dipakai didaerah Batipuh Tanah Datar. Suntiang pisang separak banyak dipakai didaerah Luhak Lima Puluh Kota, Solok, Sijunjung Koto Tujuh, dan Sungai pagu. Suntiang pisang sasikek banyak dipakai di daerah Pesisir. Suntiang kambang loyang banyak dipakai di daerah lain. Mudahmenikah.wordpress
Wow..ternyata Indonesia benar-benar kaya akan budaya ya, bayangin aja, hiasan kepala pun walau sama nama depan –suntiang –red ternyata beda-beda nama belakangnya ya…mantab….:D
Gambar : Google Images